Senin, Desember 28, 2015

MATRIKS KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DAN EKOWISATA

Nama : Anthony Herawan
NPM : E1I012029
Program Studi : Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu

1.        Matriks Kesesuaian Budidaya Rumput Laut
Tabel 1.  Kriteria  Parameter  Fisika-kimia  Oseanografi  Untuk  Kesesuaian Perairan Budidaya Rumput Laut
No.
Kriteria
Tingkat kesesuaian Lahan
Pustaka
Sesuai
Cukup Sesuai
Tidak Sesuai
1
Tinggi
Gelombang (m)
0.2-0.3
0.1-0.19 atau
0.31-0.40
< 0.1 atau >0.41
Aslan (1991)
2
Kecepatan arus
(m/det)
0.2-0.3
0.1-0.19 atau 0.31-0.40
< 0.1 atau >0.41
Aslan (1991); Sulistijo(1996)
3
TSS (mg/l)
< 25
25-50
> 50
Aslan (1991)
4
Salinitas (o/oo)
28-32
25-27 atau 33-35
< 25 atau >35
Aslan (1991)
5
Suhu (°C)
28-30
26-27 atau 30-33
< 26 atau>33
Sadhori (1995)
6
Nitrat (ppm)
0.9-3.5
0.1-0.8 atau 3.6-4.4
< 0.1 atau >4.5
Sulistijo (1996)
7
Fosfat (ppm)
0.51 -1
0.21-0.5
< 0.21 atau >1
Indriani dan Sumiarsih (1997);
8
pH
7-8.5
6.5 6.9 atau 8.5 -9.5
< 6,5 atau >8.5
Aslan (1991); Utojo et al. (2004)
9
Kedalaman (m)
0.6-2.1
0.3 - 0.5 atau 2.2 -10
< 0.3 atau <10
Aslan (1991); Utojo, et al. (2004)

Setelah mengetahui kriteria parameter fisika-kimia oseanografi untuk kesesuaian perairan budidaya rumput laut maka dilakukan penilaian secara kuantitatif terhadap tingkat kelayakan perairan dengan metode skoring dan pembobotan. Bobot yang besar diberikan kepada parameter yang mempunyai pengaruh dominan terhadap penentuan wilayah tersebut, sebaliknya parameter yang kurang dominan atau tidak berpengaruh besar terhadap budidaya diberi bobot  yang kecil, pembobotan dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pembobotan dan Skoring Dari Parameter Yang Terukur
No
Parameter
Kriteria
Batas Nilai
Bobot
Nilai Skor
1
Gelombang (m)
0.2-0.3
3
Sesuai
0,3
0,9
0.1 -0.19 atau 0.3-0.4
2
Cukup Sesuai
0,6
< 0.1 atau > 0.4
1
Tidak Sesuai
0,3
2
Kecepatan Arus (m/det)
0.2-0.3
3
Sesuai
0,15
0,45
0.1 -0.19 atau 0.3-0.4
2
Cukup Sesuai
0,3
< 0.1 atau > 0.4
1
Tidak Sesuai
0,15
3
TSS (mg/l)
< 25
3
Sesuai
0,15
0,45
25-50
2
Cukup Sesuai
0,3
> 50
1
Tidak Sesuai
0,15
4
Salinitas (0/00)
28-32
3
Sesuai
0,15
0,45
25 - 27 atau 33 - 35
2
Cukup Sesuai
0,3
< 25 atau > 35
1
Tidak Sesuai
0,15
5
Suhu (0C)
28-30
3
Sesuai
0,15
0,45
26 - 27 atau 30 - 33
2
Cukup Sesuai
0,3
< 26 atau > 33
1
Tidak Sesuai
0,15
6
Nitrat (mg/l)
0.9-3.5
3
Sesuai
0,025
0,075
0.1 -0.8 atau 3.6-4.4
2
Cukup Sesuai
0,05
<0.1 atau >4.5
1
Tidak Sesuai
0,025
7
Fosfat (mg/l)
0.051 -1
3
Sesuai
0,25
0,075
0.021 - 0.05
2
Cukup Sesuai
0,05
< 0.021 atau > 1
1
Tidak Sesuai
0,025
8
pH
7-8.5
3
Sesuai
0,25
0,075
6.5 - 7 atau < 8.5-9.5
2
Cukup Sesuai
0,05
< 6.5 atau > 8.5
1
Tidak Sesuai
0,025
9
Kedalaman (m)
0.6-2.1
3
Sesuai
0,25
0,075
0.3 - 0.5 atau 2.2 -10
2
Cukup Sesuai
0,05
< 0.3 atau >10
1
Tidak Sesuai
0,025
(Sumber: Hasil modifikasi dari Utojo et al., 2007)
Berdasarkan nilai skor setiap parameter maka dilakukan penilaian untuk menentukan apakah lokasi tersebut sesuai untuk lahan budidaya rumput laut dengan menggunakan    formulasi    yang    dikemukakan    oleh    Utojo    et al.(2004)sebagai berikut:
 


Nilai Skor Hasil Evaluasi                                   × 100 %



Tabel 3. Penentuan Kategori Kelayakan Berdasarkan Interval Kelas


No

Kisaran Nilai Skor (%)

Penilaian Hasil Evaluasi

1

85 - 100
Sesuai                Stasiun tidak mempunyai pembatas yang berarti

2

60 - 84
Cukup sesuai     Stasiun mempunyai pembatas yang bisa ditolerir

3

< 60
Tidak sesuai       Stasiun mempunyai pembatas yang berat
Sumber :  Utojo et al. (2004) dalam Syamsiah (2007).

Metode skoring dengan menggunakan pembobotan untuk setiap parameter  dikarenakan  setiap  parameter  memiliki  andil  yang  yang  berbeda dalam menunjang kehidupan komoditas.
2.        Matriks Kesesuaian Budidaya Rumput Laut
Tabel 3. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata pantai kategori wisata mangrove
Matriks.png
Pengelompokan nilai kelas kesesuaian kawasan PPK untuk masing-masing kegiatan ekowisata bahari berdasarkan ketentuan berikut: S1 = Sesuai/sangat sesuai, dengan nilai 66,67-100,00%, S2 = sesuai bersyarat, dengan nilai 33,34-66,66%, dan S3 = tidak sesuai, dengan nilai   0 < 33,33%.

3.         Daya Dukung
Daya dukung adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi saat jumlah populasi tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada. Daya dukung lingkungan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil atau produk di suatu daerah dari sumber daya alam yang terbatas dengan mempertahankan jumlah dan kualitas sumberdayanya.



PUSTAKA

Aslan, L.M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Hutabarat A, Yulianda F, Fahrudin A, Harteti S, dan Kusharjani. 2009. Pengelolaan pesisir  dan  laut  secara  terpadu  (EdisI).  Bogor:  Pusdiklat  Kehutanan, Deptan, SECEN-KOREA International Cooperation Agency.
Indriani, H. dan E. Sumiarsih. 1991. Budidaya, Pengelolaan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sadhori, N.S. 1995. Budidaya Rumput Laut. Balai Pustaka. Jakarta.
Sulistijo. 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Dalam: Pengenalan  Jenis-Jenis  Rumput  Laut  Indonesia.  Pusat  Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jakarta.
Syamsiah. 2007. Studi Fisika-Kimia Oseanografi Perairan Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar Untuk kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Utojo, Malik. A. T., Hasnawi. 2007. Pemetaan Kelayakan Lahan Untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut    Di Teluk Sopura, Kabupaten   Kolaka   Propinsi   Sulawesi   Tenggara.   Jurna Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani. Makassar.
Utojo, Mansyur A., Pirzan A.M. Tarunamulia dan Pantjara B. 2004. Identifikasi kelayakan lokasi lahan budidaya laut di perairan Teluk Saleh, Kabupaten   Dompu   Nusa   Tenggara   Barat.      Jurnal   Penelitian Perikanan Indonesia, 10(5) : 1-18.