MATRIKS KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DAN EKOWISATA
Nama : Anthony Herawan
NPM : E1I012029
Program Studi : Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu
1.
Matriks Kesesuaian Budidaya
Rumput Laut
Tabel 1. Kriteria
Parameter Fisika-kimia
Oseanografi Untuk
Kesesuaian Perairan Budidaya
Rumput Laut
No.
|
Kriteria
|
Tingkat kesesuaian Lahan
|
Pustaka
|
||
Sesuai
|
Cukup Sesuai
|
Tidak Sesuai
|
|||
1
|
Tinggi
Gelombang (m)
|
0.2-0.3
|
0.1-0.19 atau
0.31-0.40
|
< 0.1 atau >0.41
|
Aslan (1991)
|
2
|
Kecepatan arus
(m/det)
|
0.2-0.3
|
0.1-0.19 atau 0.31-0.40
|
< 0.1 atau >0.41
|
Aslan (1991); Sulistijo(1996)
|
3
|
TSS (mg/l)
|
< 25
|
25-50
|
> 50
|
Aslan (1991)
|
4
|
Salinitas (o/oo)
|
28-32
|
25-27 atau 33-35
|
< 25 atau >35
|
Aslan (1991)
|
5
|
Suhu (°C)
|
28-30
|
26-27 atau 30-33
|
< 26 atau>33
|
Sadhori (1995)
|
6
|
Nitrat (ppm)
|
0.9-3.5
|
0.1-0.8 atau 3.6-4.4
|
< 0.1 atau >4.5
|
Sulistijo (1996)
|
7
|
Fosfat (ppm)
|
0.51 -1
|
0.21-0.5
|
< 0.21 atau >1
|
Indriani dan Sumiarsih (1997);
|
8
|
pH
|
7-8.5
|
6.5 – 6.9 atau 8.5 -9.5
|
< 6,5 atau >8.5
|
Aslan (1991); Utojo et al. (2004)
|
9
|
Kedalaman (m)
|
0.6-2.1
|
0.3 - 0.5 atau 2.2 -10
|
< 0.3 atau <10
|
Aslan (1991); Utojo,
et al. (2004)
|
Setelah mengetahui
kriteria parameter fisika-kimia oseanografi untuk
kesesuaian perairan
budidaya rumput laut maka
dilakukan penilaian
secara kuantitatif terhadap tingkat kelayakan perairan dengan metode skoring dan
pembobotan. Bobot yang besar diberikan kepada parameter yang mempunyai pengaruh dominan terhadap penentuan
wilayah tersebut, sebaliknya parameter yang kurang dominan atau tidak berpengaruh besar terhadap budidaya diberi
bobot
yang kecil, pembobotan dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pembobotan dan
Skoring Dari Parameter Yang Terukur
No
|
Parameter
|
Kriteria
|
Batas Nilai
|
Bobot
|
Nilai Skor
|
|
1
|
Gelombang (m)
|
0.2-0.3
|
3
|
Sesuai
|
0,3
|
0,9
|
0.1 -0.19 atau 0.3-0.4
|
2
|
Cukup Sesuai
|
0,6
|
|||
< 0.1 atau >
0.4
|
1
|
Tidak Sesuai
|
0,3
|
|||
2
|
Kecepatan
Arus (m/det)
|
0.2-0.3
|
3
|
Sesuai
|
0,15
|
0,45
|
0.1 -0.19 atau 0.3-0.4
|
2
|
Cukup Sesuai
|
0,3
|
|||
< 0.1 atau >
0.4
|
1
|
Tidak Sesuai
|
0,15
|
|||
3
|
TSS
(mg/l)
|
< 25
|
3
|
Sesuai
|
0,15
|
0,45
|
25-50
|
2
|
Cukup Sesuai
|
0,3
|
|||
> 50
|
1
|
Tidak Sesuai
|
0,15
|
|||
4
|
Salinitas (0/00)
|
28-32
|
3
|
Sesuai
|
0,15
|
0,45
|
25 - 27 atau 33 - 35
|
2
|
Cukup Sesuai
|
0,3
|
|||
<
25 atau >
35
|
1
|
Tidak Sesuai
|
0,15
|
|||
5
|
Suhu (0C)
|
28-30
|
3
|
Sesuai
|
0,15
|
0,45
|
26 - 27 atau 30 - 33
|
2
|
Cukup Sesuai
|
0,3
|
|||
< 26 atau >
33
|
1
|
Tidak Sesuai
|
0,15
|
|||
6
|
Nitrat (mg/l)
|
0.9-3.5
|
3
|
Sesuai
|
0,025
|
0,075
|
0.1 -0.8 atau 3.6-4.4
|
2
|
Cukup Sesuai
|
0,05
|
|||
<0.1 atau >4.5
|
1
|
Tidak Sesuai
|
0,025
|
|||
7
|
Fosfat (mg/l)
|
0.051 -1
|
3
|
Sesuai
|
0,25
|
0,075
|
0.021 - 0.05
|
2
|
Cukup Sesuai
|
0,05
|
|||
< 0.021 atau > 1
|
1
|
Tidak Sesuai
|
0,025
|
|||
8
|
pH
|
7-8.5
|
3
|
Sesuai
|
0,25
|
0,075
|
6.5 - 7 atau < 8.5-9.5
|
2
|
Cukup Sesuai
|
0,05
|
|||
< 6.5 atau >
8.5
|
1
|
Tidak Sesuai
|
0,025
|
|||
9
|
Kedalaman
(m)
|
0.6-2.1
|
3
|
Sesuai
|
0,25
|
0,075
|
0.3 - 0.5 atau 2.2 -10
|
2
|
Cukup Sesuai
|
0,05
|
|||
< 0.3 atau >10
|
1
|
Tidak Sesuai
|
0,025
|
(Sumber: Hasil modifikasi
dari
Utojo et al.,
2007)
Berdasarkan nilai skor
setiap parameter
maka dilakukan penilaian untuk menentukan apakah
lokasi tersebut sesuai untuk lahan budidaya rumput laut
dengan
menggunakan formulasi
yang
dikemukakan oleh
Utojo et al.(2004)sebagai berikut:
Nilai Skor Hasil Evaluasi ₌ × 100 %
Tabel 3. Penentuan Kategori Kelayakan
Berdasarkan Interval Kelas
No
|
Kisaran
Nilai Skor (%)
|
Penilaian Hasil Evaluasi
|
1
|
85 - 100
|
Sesuai : Stasiun tidak mempunyai
pembatas yang berarti
|
2
|
60 - 84
|
Cukup sesuai :
Stasiun mempunyai pembatas yang bisa
ditolerir
|
3
|
< 60
|
Tidak sesuai :
Stasiun mempunyai pembatas yang berat
|
Sumber
: Utojo
et al. (2004) dalam
Syamsiah (2007).
Metode skoring dengan menggunakan pembobotan
untuk setiap parameter
dikarenakan
setiap parameter
memiliki
andil
yang
yang
berbeda
dalam menunjang kehidupan komoditas.
2.
Matriks Kesesuaian Budidaya
Rumput Laut
Tabel 3. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata pantai kategori wisata mangrove
Pengelompokan nilai kelas kesesuaian kawasan
PPK untuk masing-masing kegiatan ekowisata bahari berdasarkan
ketentuan berikut: S1 = Sesuai/sangat
sesuai, dengan nilai 66,67-100,00%, S2 = sesuai bersyarat, dengan nilai 33,34-66,66%, dan S3 = tidak sesuai, dengan nilai 0 < 33,33%.
3.
Daya Dukung
Daya dukung
adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi saat jumlah populasi tidak
dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada. Daya
dukung lingkungan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil
atau produk di suatu daerah dari sumber daya alam yang terbatas dengan
mempertahankan jumlah dan kualitas sumberdayanya.
PUSTAKA
Aslan, L.M. 1991. Budidaya
Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Hutabarat A, Yulianda F, Fahrudin A, Harteti S, dan Kusharjani. 2009. Pengelolaan
pesisir dan
laut
secara terpadu (Edisi I).
Bogor:
Pusdiklat
Kehutanan, Deptan, SECEN-KOREA International Cooperation Agency.
Indriani, H. dan E. Sumiarsih. 1991. Budidaya, Pengelolaan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sadhori, N.S. 1995. Budidaya Rumput Laut.
Balai
Pustaka. Jakarta.
Sulistijo. 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di
Indonesia. Dalam: Pengenalan Jenis-Jenis
Rumput
Laut
Indonesia. Pusat Penelitian
dan
Pengembangan Oseanologi, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jakarta.
Syamsiah. 2007. Studi Fisika-Kimia Oseanografi Perairan Tonyaman Kabupaten
Polewali Mandar Untuk kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Utojo, Malik. A.
T.,
Hasnawi. 2007. Pemetaan Kelayakan Lahan Untuk
Pengembangan
Budidaya Rumput Laut
Di
Teluk Sopura,
Kabupaten
Kolaka Propinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani. Makassar.
Utojo, Mansyur A., Pirzan A.M. Tarunamulia dan Pantjara B. 2004. Identifikasi kelayakan lokasi lahan
budidaya laut di perairan Teluk Saleh, Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat.
Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 10(5)
: 1-18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar